PENELITIAN
TINDAKAN BIMBINGAN KONSELING (PTBK)
Disampaikan
dalam Kegiatan Pelatihan Penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Bimbingan
Konseling (PTBK) yang diselenggarakan oleh Lembaga Pengabdian Masyarakat
Undiksha
Oleh:
Luh Putu Sri
Lestari
Putu Ari
Dharmayanti
JURUSAN
BIMBINGAN KONSELING
FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
PENDIDIKAN GANESHA
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian tindakan
bagi guru adalah kegiatan yang sangat strategis
untuk dilakukan. Hasilnya dapat dijadikan evaluasi untuk mengetahui apakah
pembelajaran atau layanan bimbingan yang telah dilakukan efektif atau belum. Disisi lain penelitian
dilakukan bertujuan untuk memperbaiki atau mengembangkan stategi pembelajaran
atau layanan bimbingan dan konseling kearah yang lebih inovatif sesuai dengan
perkembangan. Meski disadari bahwa
melakukan penelitian memiliki arti dan manfaat penting bagi pengembangan
profesi guru, namun tidak banyak guru
yang memiliki komitmen untuk
melakukannya. Hasil pemeriksaan portopolio guru pada program sertifikasi guru dalam jabatan beberapa angkatan menunjukkan, bahwa tidak
lebih dari 10 % guru yang pernah melakukan penelitian. Kalau memang ada yang
melakukan penelitian, maka penelitian yang dilakukan umumnya jenis penelitian eks
post facto
yaitu, meneliti gejala-gejala yang telah ada.
Wawancara dengan
para guru, terkait dengan rendahnya jumlah mereka melakukan penelitian, menurutnya disebabkan antara lain karena, (1) kemampuan mereka untuk melakukan penelitian belum
optimal, (2) kebiasaan mereka melakukan
penelitian belum terbentuk, dan (3) bahwa
penelitian tindakan yang dikembangkan dewasa ini belum dilatihkan semasa mereka
mengikuti pendidikan prajabatan.
Alasan
yang tidak jauh berbeda juga terlontar dari para guru pembimbing di sekolah
(terutama yang belum mengikuti program sertifikasi) ketika dilakukan wawancara
saat bersama-sama melakukan supervisi pelaksanaan PPL Bimbingan Konseling bagi mahasiswa Jurusan Bimbingan Konseling. Dari
alasan-alasan yang disampaikan di atas, dapat diduga bahwa jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling yang
dilakukan selama ini oleh guru pembimbing belum mengarah kepada kajian
hasil-hasil penelitian tentang bimbingan dan konseling. Teknik dan pendekatan
layanan yang digunakan guru pembimbing selama ini kelihatannya masih berlandaskan kepada pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh selama dalam pendidikan prajabatan. Padahal, ilmu pengetahuan telah berkembang
pesat, kebutuhan peserta didik tentang bimbingan juga berbeda dengan
perkembangan peserta didik di masa lalu disamping karena perkembangannya yang
unik sehingga perlu penanganan sesuai dengan keunikan masing-masing.
Jika kondisi
seperti ini terus berlanjut tentu perkembangan layanan bimbingan dan konseling
di sekolah tidak lagi sejalan dengan perkembangan di atas. Akibatnya, layanan
yang diberikan guru pembimbing cenderung monoton dan tidak ada inovasi yang
berarti. Penelitian tindakan dalam bimbingan dan konseling adalah penelitian
yang memerlukan layanan segera dengan teknik dan pendekatan variatif sesuai dengan perkembangan individu
siswa masing-masing. Layanan akan selalu
berkembang seiring dengan karakteristik masing-masing siswa. Dalam penelitian
tindakan akan ditemukan cara-cara baru yang lebih adaptif dengan perkembangan
siswa.
Terkait dengan pengembangan profesi, beberapa pihak
mengharapkan agar guru lebih meningkatkan perannya dalam mengemban tugas pendidikan sehingga kualitas hasil dapat
ditingkatkan. St. Kartono ( 2002:102), seorang guru dan praktisi pendidikan mengharapkan
agar rekan-rekannya sebagai guru melakukan kegiatan yang profesional. Ia
mengatakan, ”Seorang guru yang menunjukkan tanggungjawab profesional mesti
secara aktif terlibat kegiatan pengembangan
profesi dan menujukkan sebuah komitmen untuk belajar terus menerus,
mengusahakan untuk melibatkan diri kedalam proses, refleksi secara kritis
terhadap praktek-praktek kualitas pembelajaran dan pengajaran”. Di pihak lain, dari kalangan pergutuan tinggi
sebagai produsen guru juga memiliki harapan seperti itu. Raka Joni (1992:17) misalnya,
mengakui bahwa perlakuan kita terhadap guru masih cukup jauh dari yang
diharapkan, tetapi agaknya tidak sulit untuk menyepakati bahwa tugasnya adalah
teramat penting. Secara macro tugas guru berhubungan dengan pengembangan sumber
daya manusia yang pada akhirnya akan paling menentukan kelestarian dan kejayaan
kehidupan bangsa. Di bagian lain
tulisannya (2002:22) ia mengatakan bahwa
” sebagai pekerja profesional memang seharusnyalah seorang guru sesekali
melakukan penelitian tindakan kelas sebagai
salah satu bentuk penelitian terapan yang secara praktis mendukung
pelaksanaan tugasnya sehari-hari”.
Mengadopsi dari penelitian tindakan
kelas, maka penelitian tindakan bimbingan konseling penting untuk dilatihkan
kepada guru pembimbing agar mereka memiliki wawasan tentang inovasi dan
perkembangan layanan bimbingan konseling dengan melakukan bentuk kajian yang bersifat reflektif secara
terus-menerus terhadap layanan yang dilakukan.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan paparan
dalam latar belakang di atas, maka beberapa permasalahan pokok dapat dirumuskan
sebagai berikut
1.
Rendahnya motivasi guru
pembimbing melakukan kegiatan penelitian khususnya penelitian tindakan
bimbingan dan konseling. Rendahnya motivasi ini disebabkan karena (a) pemahaman
mereka tentang teori penelitian tindakan belum optimal, (b) kebiasaan melakukan
penelitian belum terbentuk dan (3) model penelitian tindakan bimbingan bagi
mereka adalah sesuatu yang baru yang belum pernah diperoleh ketika mereka
mengikuti pendidikan prajabatan.
2.
Penelitian tindakan
bimbingan dan konseling adalah bentuk
kajian yang bersifat reflektif oleh guru pembimbing untuk meningkatkan
kemantapan rasional dari tindakan layanan bimbingan dan konseling, memperdalam
pemahaman terhadap tindakan layanan yang dilakukan serta memperbaiki kondisi dimana
praktek-praktek layanan bimbingan dan konseling
dilakukan. Jenis penelitian yang bersifat reflektif ini akan dilatihkan
kepada para guru pembimbing SMP/SMA /SMK Kabupaten Buleleng untuk meningkatkan
pemahaman dan keterampilan mengaplikasikan rancangan tersebut dalam penelitian
riil di sekolah masing-masing.
3.
Jika rancangan penelitian tindakan bimbingan dan konseling dipahami
secara akurat oleh guru pembimbing, diharapkan para guru pembimbing terdorong
untuk melakukan penelitian tindakan dalam rangka menemukan dan memilih stategi inovatif
layanan bimbingan dan konseling.
4.
Lingkup kegiatan
pelatihan ini meliputi, (a) pemberian informasi tentang penelitian tindakan
bimbingan, (b) contoh judul-judul penelitian tindakan bimbingan dan konseling,
(c) latihan peserta menyusun proposal penelitian tindakan bimbingan dan
konseling.
C. Tujuan Kegiatan
Kegiatan ini dilakukan untuk tujuan sebagai berikut.
1.
Memberi pemahaman
tentang model penelitian tindakan bimbingan konseling kepada guru pembimbing
pada jenjang SMP dan SMA di Kabupaten Buleleng
2.
Untuk melatih peserta
menyusun rancangan proposal penelitian tindakan bimbingan dan konseling.
D. Manfaat Kegiatan
Setelah kegiatan ini berakhir beberapa
pihak diharapkan memperoleh manfaat sebagai berikut.
1.
Bagi guru pembimbing,
kegiatan ini diharapkan memberi (1) pemahaman baru tentang model penelitian
tindakan bimbingan dan konseling, (2)
memberi peluang untuk melakukan latihan penelitian tindakan bimbingan dan
konseling dalam rangka pengembangan dan perbaikan layanan yang telah berjalan apabila
dinilai belum memadai.
2.
Bagi sekolah, kegiatan
ini memberikan kontribusi yang berharga dalam rangka mengembangkan kemampuan guru pembimbing melakukan penelitian tindakan untuk
membantu siswa yang
bermasalah dengan latar belakang berlatar belakang yang beragam.
BAB II
PEMBAHASAN
Bimbingan
konseling adalah “ layanan kemanusiaan”, kata M. Djawad Dahlan (1988:15). Sebagai
pelayan kemanusiaan harusnya mampu menyingkap manusia dari berbagai dimensi dengan
berbagai teknik dan pendekatan. Kasus-kasus siswa yang terjadi di sekolah perlu dicermati penangannya
dari berbagai sisi, mulai dari pemahaman terhadap latar belakang masalah kasus,
faktor penyebab, perumusan alternatif solusi pemecahan masalah sampai pada
kemungkinan guru pembimbing melakukan treatment
yang layak bagi perubahan yang diharapkan terjadi pada siswa yang dibantu.
Setiap kasus memerlukan cara-cara yang berbeda dalam penganganannya. Perbedaan
ini disebabkan karena setiap individu disamping memiliki karakter yang tidak
sama individu berkembang dalam
lingkungan yang berbeda. Perbedaan ini
dikatakan oleh Rochman Natawidjaja dan Moein Moesa (1993:32) sebagai berikut.
“Salah satu kenyataan adalah siswa-siswa memperlihtakan perbedaan-perbedaan
dalam kemampuan mengikuti pelajaran yang diberikan. Ada kelompok siswa yang senang dan gampang
menerima pelajaran yang berkaitan dengan visual, sedangkan kelompok lain
sebaliknya, senang dan dapat merespon dengan baik pelajaran-pelajaran yang
diberikan secara lisan ( oral). … Kapasitas setiap siswa untuk belajar adalah
unsur perbedaan individual yang amat menonjol”.
Perbedaan-perbedaan inilah yang memerlukan layanan bimbingan yang tidak
sama. Mekanisme untuk memberilakn
layanan yang berragam terhadap individu yang berbeda inilah memerlukan sebuah
pengkajian melalui rancangan penelitian
tindakan bimbingan dan konseling yang jelas. Implementasi rancangan
penelitian yang sistematis diharapkan
menghasilkan pola-pola bantuan yang sesuai dengan keadaan masing-masing
individu yang dilayani.
Penelitian tindakan kelas adalah, suatu bentuk kajian
yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, yang dilakukan untuk meningkatkan
kemantapan rasional dari tindakan-tindakan
mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap
tindakan-tindakan yang dIlakukan
itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek-praktek pembelajaran tersebut
dilakukan. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut PTK dilaksanakan berupa proses
pengkajian berdaur (Depdikbud, Dirjen Dikti Proyek PGSM, 1999:6). Mengadopsi
pengertian ini maka penelitian tindakan
bimbingan dan konseling adalah suatu bentuk kajian yang bersifat
reflektif oleh guru pembimbing sebagai pelaku
tindakan, untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan –
tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap
tindakan-tindakan layanan yang dIlakukan itu, serta
memperbaiki kondisi dimana praktek-praktek layanan tersebut dilakukan. Untuk
mencapai tujuan-tujuan tersebut,
maka penelitian tindakan bimbingan dan konseling pun dilaksanakan berupa proses
pengkajian berdaur. Jika penelitian tindakan kelas hanya dapat dilakukan dalam setting kelas maka penelitian tindakan
bimbingan dan konseling bisa dilakukan di dalam kelas maupun di luar
kelas.
Tujuan yang
diharapkan tercapai melalui penelitian tindakan bimbingan dan konseling adalah,
1.
Memperbaiki/memperbaharui praksis layanan secara langsung disini dan
sekarang dengan memusatkan perhatian/kajian bimbingan
2.
secara spesifik- kontekstual
3.
Meningkatkan layanan profesional dalam membantu mengembangkan potensi
siswa secara optimal.
4.
Mengembangkan keterampilan guru pembimbing yang bertolak dari kebutuhan
untuk menanggulangi berbagai permasalahan dalam layanan bimbingan dan konseling
- Menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru pembimbing sehingga
pelaksanaan layanan disertai dengan mekanisme koreksi diri ( sebagai
karakteristik strategis profesionelisme.
Sedangkan manfaat dari
pengabdian pada masyarakat melalui penelitian
tindakan bimbingan dan konseling adalah sebagai
berikut.
1.
Mendorong rasa percaya
diri guru pembimbing untuk melakukan inovasi layanan (keberanian untik mencoba
strategi baru)
2.
Guru pembimbing tidak
berpuas diri dengan rutinitas layanan bimbingan dan konseling
3.
Layanan bimbingan dan
layanan konseling akan lebih inovatif, variatif dan lebih efektif dibandingkan inservice
training
4.
Dimungkinkan dilakukan perubahan layanan
bagi guru, siswa dan atau materi layanan
Tahap-tahap
penelitian tindakan dalam bimbingan dan
konseling tidak berbeda dengan penelitian tindakan kelas. Perbedaannya hanya
pada setting
penelitiannnya. Dalam penelitian bimbingan dan konseling dapat dilakukan di
dalam dan di luar kelas. Hal yang kedua yang perlu diperhatikan adalah, bahwa
bimbingan dan konseling merupakan dua kegiatan yang berbeda tetapi
tujuannya sama. Keduanya melibatkan siswa sebagai subyek layanan tetapi teknik,
sifat, jumlah subyeknya yang berbeda.
Dalam
membantu siswa yang bermasalah (kasus) melalui bimbingan misalnya, menurut Prayitno (2002:21) hendaknya melalui
langkah-langkah sebagai berikut:
a.
Menggambarkan keadaan
individu yang dibimbing. Kegiatan ini dilakukan untuk memberikan gambaran
tentang individu siswa yang akan dibantu. Gambaram ini meliputi berbagai hal
yang terkait dengan individu.
b.
Mencari latar belakang
masalah individu yang bermasalah. Kegiatan ini meliputi, menemukan latar
belakang masalah kenapa individu mengalamai masalah sebagaimana yang
digambarkan dalam latar belakang.
c.
Memprediksi latar depan
kasus. Dalam kegiatan ini pembimbing merumuskan berbagai kemungkinan negatiF yang mungkin akan terjadi jika siswa yang bersangkutan
tidak segera dibantu.
d.
Merumuskan alternatiF pemecahan. Pembimbing
merumuskan berbagai alternative pemecahan / cara-cara yang mungkin bisa
dilakukan untuk membantu siswa memecahkan masalah atau mengembangkan potensi
yang dimiliki.
e.
Melakukan treatmeTn/tindakan. Setelah
berbagai alternatif
dirumuskan maka pembimbing melakukan seleksi terhadap alaternatif-alternatif
tersebut dan memilih alternatif
yang paling mungkin untuk dilakukan. Alternatif yang terpilih
diimplementasikan dalam bentuk tindakan.
Disinilah proses bantuan akan terjadi. Apa yang akan dilakukan kemudian oleh
siswa setelah proses treatmen ini merupakan keputusan individu yang dibantu
untuk melaksanakan alternative tersebut.
f.
Tindak lanjut. Kegiatan
pembimbing dalam hal ini adalah,
memantau hasil keputusan pada
langkah treatmen. Refleksi akan dilakukan berdasarkan hasil pantauan pembimbing
terhadap keputusan tindakan yang dilakukan oleh siswa yang dibantu. Peran
pembimbing disini adalah, menemukan teknik atau pendekatan baru dalam tindakan
berikutnya atau meningkatan efektifitas dan intensitas layanan bimbingan yang
sama.
Sedangkan mekanisme membantu siswa yang bermasalah
dengan konseling dilakukan melalui
tahapan-tahapan sebagai berikut.
1.
Menandai perilaku bermasalah dan menspesifikasi perilaku yang dinilai bermasalah
2.
Merumuskan tujuan yang ingin dicapai ( menghapus perilaku yang maladaptif
dan memperkuat dan mempertahankan
perilaku yang diinginkan.
3.
Mengukur kekuatan konseli ( siswa bermasalah)
4.
Menentukan strategi pengukuran perubahan setiap perilaku dengan memberikan
reinforcement untuk meningkatkan
motoivasi konseli
5.
Menilai proses konseling yang telah berjalan ( apakah konseli cukup
partisipatif)
6.
Pengambilan keputusan
7.
Pelaksanaan tindakan
8.
Pemantauan / Perbaikan tindakan
9.
Pelaksanaan tindakan perbaikan, observasi dan interpretasi
10.
Analisis dan refleksi
11.
Perencanaan tindak lanjut (berdaur)
( Gerald Corey, 1088:204)
Meski berbeda teknik, tetapi langkah-langkah
dalam penelitian tindakan bimbingan dan konseling secara umum sama dengan PTK yaitu
(1) penetapan fokus
masalah, (2) perencanaan tindakan bimbingan/konseling, (3) pelaksanaan tindakan
dan observasi-interpretasi, (4) Analisis dan refleksi serta (5) tindak lanjut.
A.
Materi
Kegiatan
Materi Kegiatan meliputi :
1.
Konsep penelitian tindakan
2.
Contoh Proposal
penelitian tindakan
3.
Contoh-contoh topik
penelitian tindakan
B.
Metode
Pelaksanaan
Metode/strategi kegiatan akan
meliputi:
1.
Metode ceramah
(pemberian informasi)
2.
Diskusi materi
3.
Presentasi draf
proposal penelitian tindakan
4.
Sharing/Diskusi hasil
presentasi
5.
Latihan penyusunan
proposal penelitian tindakan BK
6.
Pemeriksaan proposal
Dilanjutkan di sekolah
masing-masing dan dicoba untuk diaplikasikan
C.
Rancangan
Evaluasi
Kegiatan awal sebelum dilakukan
evaluasi adalah
a.
Memberikan informasi
kepada peserta melalui ceramah tentang konsep dasar, langkah-langkah penelitian
bimbingan dan konseling.
b.
Dilakukan diskusi untuk
mengetahui pemahaman peserta tentang konsep penelitian tindakan bimbingan
konseling.
c.
Kemampuan peserta
menyusun rancangan penelitian tindakan bimbingan dan konseling dan
kemampuan melakukan penelitian dilakukan pada (1) Akhir Pelatihan. Di akhir
pelatihan akan dilakukan evaluasi untuk melihat apakah peserta memiliki
kemampuan untuk menyusun proposal penelitian. Kriteria pengukuran anatara lain
: (a) kemampuan merumuskan judul, (b) kemampuan menyusun latar belakar yang
menggambarkan kesenjangan yang diamati
dengan kondisi yang diharapkan, (c) kemampuan merumuskan masalah, (d)
kemampuan merumuskan tujuan penelitian, (e) kemampuan menjelaskan teori-teori
yang akan mendukung penelitian, (f) kemampuan menentukan populasi, sampel,
pengumpulan data dan analisis data (g)
kemampuan merancang langkah-langkah penelitian). (2) Memantau peserta melalui
kegiatan guru pembimbing di sekolah. Apakah peserta mampu melakukan
penelitian setelah bertugas di sekolah,
dapat diamati ketika pelatih melakukan kunjungan ke sekolah bersamaan dengan
kegiatan supervisi mahasiswa melakukan kegiatan PPL Bimbingan Konseling di
sekolah latihan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan mengikuti kegiatan ini,
diharapkan guru BK SMP/SMA/SMK di Kabupaten Buleleng memperoleh informasi mengenai
konsep dasar
penelitian tindakan bimbingan konseling, bagaimana langkah-langkah pembuatan
proposal penelitian tindakan bimbingan konseling dan melatih kemampuan peserta
menyusun rancangan proposal penelitian tindakan bimbingan konseling.
.
B. Saran
Disarankan kepada
guru BK, hendaknya
memiliki kesadaran untuk meningkatkan motivasi
dalam melaksanakan penelitian tindakan bimbingan konseling untuk meningkatkan
komitmen profesi,
khususnya dalam mengembangkan profesi bimbingan konseling.
DAFTAR
PUSTAKA.
Djawad
Dahlan (1983); Sumbangan Pikiran Tentang Perwujudan Tujuan Pendidikan Nasional,
Bandung, IKIP.
Gerald Corey, (1988) Teory and Practice Counseling and Psichoterapy, alaih bahasa E.
Koswara; Bandung, PT. Eresco.
Kartono,
St; (2002) Menebus Pendidikan Yang
Tergadai Catatan Reflektif Seorang Guru, Yogyakarta, Kanisius
Prayitno
(1997), Bimbingan Konseling di
Sekolah Menengah; Jakarta, PT. Ikrar Mandiri Abadi
Raka Joni
T. (1992); Pokok-Pokok Pikiran Mengenai
Pendidikan Guru, Jakarta, Konsorsium Ilmu Pendidikan Dirjen Dikti,
Depdikbud
Rochman
Natawidjaya dan M. Moesa (1993) Psikologi
Pendidikan; Jakarta, Depdikbud
Tim
Peneliti Proyek PGSM (1999); Penelitian
Tindakan Kelas ( Classroom Action Research) Jakarta Depdikbud, Dirjen Dikti, Proyek
PGSM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar